Sunday, December 18, 2011

Program Inovasi Pemberantasan Buta Huruf di Dunia

JAKARTA - Masyarakat Indonesia ditantang untuk mencetuskan ide-ide inovatif dalam upaya pemberantasan buta huruf di dunia. 

Melalui kompetisi bertajuk "Semua Anak Membaca: Sebuah Tantangan Besar untuk Pembangunan", para pelaku bisnis, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan lembaga pendidikan di Indonesia diundang untuk berpartisipasi dalam kompetisi global sebagai upaya meningkatkan angka melek huruf dunia.



Program tersebut merupakan hasil kolaborasi US Agency for International Development (USAID), Australian Agency for International Development (AusAID), World Vision, dan Departemen Pendidikan Amerika Serikat.

Direktur USAID untuk Indonesia Glenn Anders menyatakan, program senilai USD20 juta ini bertujuan untuk mendukung inovasi tepat guna dan berkelanjutan yang akan meningkatkan melek huruf anak-anak di negara-negara berpenghasilan rendah.

"Sebagai bagian dari Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia, kami membantu Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca, matematika dan keterampilan ilmu pengetahuan yang akan memberi masa depan yang lebih baik bagi jutaan anak-anak," ujar Anders seperti dikutip dari keterangan tertulisnya kepada okezone, Minggu (25/12/2011).

Wakil Presiden Senior Program Internasional di World Vision, Kent Hill, memaparkan program ini bertujuan membantu anak-anak, terutama perempuan, mendapatkan akses ke pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar yang sangat baik dengan memperkuat keterlibatan masyarakat dan mendorong lingkungan yang efektif untuk belajar.

"Kami berharap bahwa Semua Anak Membaca tidak hanya akan meningkatkan membaca, tetapi akan menanamkan semangat untuk membaca dan keinginan untuk belajar seumur hidup di antara jutaan anak-anak di negara berkembang," Hill mengimbuhkan.

Peminat kompetisi ini dapat mengirimkan ide-ide inovasi mereka dalam bahan pelajaran dan pengajaran, dan data pendidikan yang lebih baik untuk meningkatkan pengambilan keputusan, transparansi, dan akuntabilitas. Program percontohan yang berhasil memiliki kemungkinan untuk diaplikasikan di negara-negara berkembang.

Tenggat waktu pengumpulan materi kompetisi adalah 31 Januari 2012 pukul 2:00 pm waktu bagian timur AS.  Informasi lebih lanjut dapat disimak di www.allchildrenreading.org


sumber: okezone.com

Saturday, December 10, 2011

Left Handed? Is it Wrong?

Yes,
I am Left hander.
But, Is it wrong?
Is it a kind of disorder?
No,
I'm normal, same like other.





Aku kidal, udah dari kecil.
Dari TK, kalo belajar nulis, aku suka nulis di halaman paling belakang buku posisi terbalik, kayak nulis arab. Tulisannya pun gak sama kayak yang lain (ya iyalah). Pokoknya kayak nulis arab.
Ibuku dulu pernah marahin aku karena suka pake tangan kiri waktu nulis. Tangan kiri jelek lah, apalah, seperti stereotip yang berkembang di masyarakat. Sampai suatu ketika, tangan kiri q di pegang dari belakang ama ibuku and aku disuruh nulis. Terang aja aku gak mau, aku gak bisa nulis pake tangan kanan, langsung deh nangis :D. Sejak saat itu, ibuku gak pernah lagi nyuruh nulis pake tangan kanan. Beliau Cuma berpesan nulis bole pake tangan kiri, tapi makan,salam, dll, harus pake tangan kanan. Deal, i promise MOM. :)
Banyak dari masyarakat yang nganggep aku biasa aja, maksudnya kekuranganku gak berarti banyak buat mereka. Toh yang penting sopan santun dan perilaku ku baik kok. :D
Waktu SD kelas tiga ada penyuntikan (lupa aku dulu suntik antibiotik, cacar, ato apa ,:D). Nah, si Dokter itu tidak tahu kalo aku kidal. Aku aja ampe dipegangin supaya gak lari waktu itu. Soalnya, aku takut disuntik. Sakit. Nah, the worst thing is tangan kiriku disuntik dan sakit tentunya buat gerak. Mana abis itu masih harus masuk kelas buat nyatet pelajaran lagi. Hmm, kepaksa deh, nulis sambil meringis, :(.
Sampai suatu ketika, saat masuk SMA, pas nulis formulir di kelas, ada guru yang negur aku. Kata Beliau, gak boleh nulis pake tangan kiri, pokoknya besok kalo liat aku, harus bisa nulis pake tangan kanan. Nulis pake tangan kanan itu harus dibiasain. Jlebb.. Apa pula ini. Sampai rumah, aku langsung latihan nulis pake tangan kanan, gara-gara takut ama bu guru ini. Hasilnya lumayan. Lumayan jelek maksudnya, hehe. Tapi yang penting bisa dibaca walaupun nulisnya pelan-pelan, :D. Itu buat persiapan kalau bu Guru liat aku, langsung pindah posisi nulis pake tangan kanan, hehe.
Seiring berjalan waktu, dan sekarang aku udah mulai kuliah. Banyak hal yang berbeda kurasakan saat aku mulai kuliah. Temen, organisasi, kemandirian, tugas, dan yang terakhir kursi. Yup, kursi. Kursi di kuliah itu emang diciptakan buat yang nulis pake tangan kanan, titik. Berbeda banget ama saat SD, SMP,bahkan SMA. Alat bantu tulis (ceilah,!) meja saat itu diciptakan untuk 2 tangan, tangan kanan bisa, tangan kiri pun bisa. Hehe. Tapi, untuk yang satu ini, nyerah dah gue. Tempat tangan pun hanya ada di kanan. Terpaksa deh, harus nulis sambil badan miring ke kanan. Tersiksa, iyalah. Gak nyaman kok buat nulis. Tapi mau bagaimana lagi, mau nyari di mana kursi yang khusus buat tangan kiri seperti aku. Masak harus bawa dari rumah -__-.
But, it's ok lah, semua pasti ada hikmahnya. Aku gak minder kok bertangan kidal. Orang tua ku juga ngedukung aku sepenuhnya. :D, Aku yakin Allah SWT telah menyiapkan rencana indah untukku, I believe that will comes true. :D.
So far, kidal itu apa sih?
Let's check it out...
The term handedness describes a characteristic form of specialization whereby a person by preference uses one hand for clearly identified activities, such as writing. For example, a person who uses his or her right hand for activities requiring skill and coordination (e.g., writing, drawing, cutting) is defined as right-handed. Roughly 90% of humans are right-handed. Because left-handed children who are forced to write with their right hand sometimes develop the ability to write with both hands, the term ambidexterity is often used in everyday parlance to denote balanced handedness.
Lefties have long suffered. In India and Indonesia, eating with the left hand is considered impolite. Chinese characters prove extremely difficult to write with the left hand. Not so long ago, teachers slapped the wrists of left-handed American elementary students.
"The big myth is that the right side of the brain is somehow a creativity bull's-eye. That's not the case, and doesn't have anything to do with handedness. You need resources from both sides of your brain to be creative. All people use both sides of the brain," Wolman told LiveScience.
Nah, intinya, tangan kidal itu, lebih banyak menggunakan tangan kiri daripada tangan kanan di segala aktivitas. Terkadang, anak yang bertangan kidal dipaksa untuk menulis menggunakan tangan kanan yang mengakibatkan dia bisa menggunakan kedua tangannya untuk menulis, tapi tidak semuanya. Soalnya, aku susah nulis pake tangan kanan. Bukannya males buat latihan, tapi ni tangan kayak kaku, kagok, apalah namanya buat nulis, hehe. Mungkin aku termasuk pengecualian kali yak, bukan ambidexterity, hehe #ngeles.
Nah, katanya, tangan kidal itu lebih dominan otak kanannya. Sedangkan pengguna tangan kanan lebih dominan otak kirinya. Tapi, menurut artikel di atas, tidak ada hubungannya kreatvitas dengan menggunakan salah satu bagian otak yang dominan. Kita membutuhkan keduanya untuk bisa kreatif. Hmm, masuk akal. Hehe.
So, what's on your mind about left-handedness??
:D

Source: Left-handedness: Does it mean anything. http://emedia.leeward.hawaii.edu/hurley/Ling102web/mod5_Llearning/mod5docs/handedness.pdf. Diakses tanggal 1 Desembber 2011